Oleh Dian Kurniawan / 22212027 / 2EB01
Hasil Observasi ke Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kab. Bogor untuk Menganalisis Permasalahan yang Terjadi di Koperasi
Dosen
Ibu Sulastri
Anggota Kelompok / NPM
Ahmad Fajri Shauti / 20212431
Dian Kurniawan / 22212027
Pandu Varian S. / 25212634
Riski Apriyani / 28212426
Kelas
2EB01
UNIVERSITAS GUNADARMA
Koperasi Pengrajin Tempe Tahu (KOPTI) Indonesia Kab. BogorIbu Sulastri
Anggota Kelompok / NPM
Ahmad Fajri Shauti / 20212431
Dian Kurniawan / 22212027
Pandu Varian S. / 25212634
Riski Apriyani / 28212426
Kelas
2EB01
UNIVERSITAS GUNADARMA
Gambar 1: Berfoto didepan KOPTI Kab. Bogor. Dari sebelah kiri: Pandu Varian S., Asep Yoyo S., TrisnaNugraha P., Dian Kurniawan (saya), Riski Apriyani, Akhmad Arief, Aditya Siswantara beserta Adiknya
Gambar 2: Bukti Observasi ke KOPTI Kab. Bogor. Teman kami yang bernama Pandu Varian S. tidak tercantum karna ada kekurangan dalam pengetikan
A. Sekilas Tentang KOPTI
KOPTI adalah singkatan dari Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia. KOPTI Kabupaten Bogor berdiri pada tahun 1980 yang terletak di Jl. Raya Cilendek no 27, Bogor. KOPTI ada di semua kota di Indonesia. KOPTI mencapai masa emas pada saat masa Orde baru yang berazaskan kekeluargaan, kerjasama, dan gotong royong, karna sistem KOPTI sangat cocok untuk kondisi masyarakat Indonesia. Pada saat ini jumlah anggota yang terdaftar adalah 1373 pengrajin, 100 pengrajin tiap hari dilayani pasokan bahan bakunya. KOPTI Kab.Bogor 500 ton kedelai/bulan ke pengrajin yang memesan. (Didapat dari penjelasan dari Bapak Endang Maulana, selaku Sekretaris KOPTI Kab. Bogor)
B. Profil Usaha KOPTI
Usaha produktif
KOPTI Kab Bogor memiliki unit usaha produktif yaitu :
KOPTI Kab Bogor memiliki unit usaha produktif yaitu :
- Penyediaan kacang kedelai bagi pengrajin tempe, tahu, susu kedelai dll
- Simpan pinjam bagi anggota koperasi
- Menyediakan peralatan produksi bagi pengrajin tempe tahu seperti mesin pemecah kedelai dll
- Menyediakan jasa angkutan barang
Kerjasama
Pada saat ini KOPTI Kab Bogor telah bekerjasama dengan beberapa mitra antara lain
Pada saat ini KOPTI Kab Bogor telah bekerjasama dengan beberapa mitra antara lain
- Bank BCA Bogor
- Bank BNI Bogor
- LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir)
- Kementrian Perindustrian
- Kementrian Koperasi dan UKM
- FKS Multiagro
- MercyCorps
- Forum Tempe indonesia
Lain-lain
KOPTI Kab Bogor juga membangun Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang merupakan pabrik percontohan tempe yang memiliki standar HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points). Dalam membangun RTI KOPTI Kab Bogor bekerjasama dengan Forum Tempe Indonesia dan MercyCorps dan didanai oleh FKS Multiagro, PT. Antam persero, dan Uni Eropa.
RTI melayani 5 propinsi untuk memasok peralatan pembuatan, mulai dari alat perebusan kedelai hingga alat fermentasi tempe dengan nilai proyek Rp.150 Juta/Pabrik. RTI KOPTI Kab Bogor juga bekerja sama dengan PT. Kalbe Farma untuk membuat bubur tempe kemasan yang dapat berkhasiat mencegah dan mengobati diare untuk balita. (dikutip dari kopti-kabogor.blogspot.com)
Selain sebagai pemasok bahan bahan baku ke para pengrajin, KOPTI juga mempunyai unit usaha lain, yaitu:
Selain sebagai pemasok bahan bahan baku ke para pengrajin, KOPTI juga mempunyai unit usaha lain, yaitu:
- KOPTI juga memproduksi tempe dan tahu, namun produksi tahu dan tempe yang di pasarkan KOPTI tidak di jual ke pasar tradisional melainkan di jual kebeberapa rumah makan karna KOPTI berkomitmen kepada para anggotanya untuk tidak menjadi pesaing anggotanya sendiri karna jika tempe dan tahu yang di produksi KOPTI di pasarkan pada tempat yang sama pasti para pengrajin tahu dan tempe biasa akan kalah dalam hal kualitas. Tempe dan tahu yang di hasilkan KOPTI dari segi kualitas sangat jauh berbeda dengan tahu tempe oleh para pengrajin biasa, karena KOPTI memproduksi tempe dengan peralatan yang modern dan higienis.
- KOPTI menjadi distributor peralatan produksi tempe dan tahu untuk kemudian di jual ke para pengrajin. Peralatan produksi tempe dan tahu yang dibuat adalah hasil kerjasama KOPTI dengan Departemen Perndustrian yang terbuat dari bahan yang aman dan anti karat dengan tujuan untuk mengubah alat – alat produksi pengrajin yang tidak higienis ke peralatan produksi yang lebih higienis karna masih banyak pengrajin sekarang yang masih menggunakan drum bekas oli untuk proses produksi mereka karna dinilai lebih murah dan mudah didapat.
Selain unit usaha, KOPTI juga melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas dari hasil produksi tempe dan tahu para pengrajin di antaranya:
- KOPTI memberikan penyuluhan kepada pengrajin bagaimana cara memproduksi tempe dan tahu dengan baik.
- KOPTI membuat plastik yang menarik untuk menarik para pelanggan karna para pengrajin banyak mengeluh terhadap ketersediaan plastik yang di gunakan untuk membungkus tempe.
Dana tunjangan semasa KOPTI dibawah payungan impor dari BULOG sangat banyak, semisal Simpanan Hari Raya, Simpanan Per Tiga Bulan (sesuai cepatnya penebusan), Dana Haji (Dalam interval kurang lebih 1 Tahun Hijriyah, KOPTI mengirimkan anggota ke Tanah Suci tiap Tahun sebanyak 20 Orang), Dana Diklat Bank untuk dana bantuan pendidikan pengrajin tempe, ada Dana Bantuan Pemukiman. Zaman Koperasi ditata rapi pada Rezim Soeharto, tempat produksi Koperasi yang tidak layak boleh diadukan untuk diperbaharui. Namun sekarang dengan berbagai permasalah yang banyak yang di sebabkan dari kacaunya Pemerintah yang tidak dapat mengelola koperasi maka hal tersebut susah untuk di lakukan untuk KOPTI sekarang. “Bagaimana pengrajin akan menyimpan dana sedangkan untuk membeli bahan baku saja masih kurang” Ujar Bapak Endang Maulana selaku Sekretaris KOPTI Kab. Bogor pada saat kami wawancarai.
C. Masalah yang dihadapi KOPTI
Berikut ini masalah-masalah yang dapat kami ringkas berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Endang Maulana:
Masalah 1: Bahan baku kedelai yang dikuasai oleh importir
Masalah 1: Bahan baku kedelai yang dikuasai oleh importir
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto terdapat BULOG yang bertugas untuk mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No. 45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No. 19 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas BULOG seperti Keppres No. 39 tahun 1968. Selanjutnya melalu Keppres No. 19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI). Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Bahan baku kedelai yang dipasok untuk pengrajin tempe yang bekerja sama dengan KOPTI adalah 100% impor. Harga kedelai dimonopoli oleh importir yang biasa disebut kartel sehingga KOPTI tidak bisa berbuat apa-apa terkait kedelai yang harganya tiap hari berubah melalui permainan harga yang dilakukan kartel. Importir menguasai pasar, padahal segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara, tetapi aktivitas mengimpor kedelai sebesar dari Amerika Serikat 2 juta ton/tahun dibiarkan terjadi.
Pemerintah belum berupaya mensejahterakan komoditas pengrajin tempe dan menyerahkan penyediaan bahan baku pada importir. Tidak ada bantuan berupa simpanan/tunjangan kepada anggota Koperasi layaknya zaman dulu ketika BULOG masih aktif mengimpor kedelai, harga dari BULOG jauh lebih murah dan selisih harga dari importir dapat digunakan untuk menghimpun dana tunjangan untuk anggota Koperasi. Harga bahan baku yang mahal ini menyebabkan KOPTI tidak dapat menjalankan keinginannya yang selalu ingin memasok harga bahan baku kedelai lebih murah kepada para pengrajinnya.
Masalah 2: Permainan harga yang dilakukan importir
Masalah 3: Ketergantungan terhadap kedelai dari importir
Pengaturan harga yang dengan mudah dilakukan importir membuat KOPTI kelabakan, alasan importir menaikkan harga terus menerus karena komoditi impor kedelai dihargai dengan Dollar, Kurs mata uang ini terus meninggi nominalnya bila dibandingkan dengan rupiah. Kedelai yang dikirim ke Indonesia adalah kedelai yang sama dengan stok lama dari minggu atau bulan lalu, tetapi harganya naik karena kurs Dollar yang meninggi.
Cara importir memperoleh milyaran Rupiah dengan mudah salah satunya adalah melakukan penahanan pasokam kedelai yang dilakukan importir dengan maksud menunggu harga Dollar naik dan harga bahan baku kedelai sudah pasti meroket. Dalam tempo 2 hari penahanan pengiriman saja, mereka memperoleh keuntungan sekitar 120 Milyar Rupiah.
Masalah 3: Ketergantungan terhadap kedelai dari importir
Impor kedelai yang dilakukan oleh negara kita disebabkan ketergantungan pada Negara maju membuat kita menerima dengan keadaan apapun, kedelai kualitas apapun akan kita terima meskipun sebenarnya kedelai itu digunakan untuk pakan ternak. Sementara untuk mengimpor kedelai yang berkualitas baik, harganya 2 kali lipat sementara keadaan ekonomi Negara Indonesia yang kurang baik tentu tidak sanggup meng-impor kedelai berkualitas baik, kalaupun dipaksakan untuk impor, maka harga tempe di dalam negeri dapat meningkat hingga 2 kali lipat dan masyarakat malas membeli karena harganya tidak wajar.
Kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat adalah hasil rekayasa genetika, dengan bahan kimia yang cukup berbahaya, bahkan dicampurkan dengan makanan ayam serta konsentrat, kuota yang mereka hasilkan dari rekayasa genetika itu 20 juta ton/tahun dan dengan harga yang tidak bisa ditawar. Pejabat tidak membatasi keberadaan importir karena mereka telah disogok oleh importir, uang yang diterima oleh pejabat diperoleh oleh importir dengan cara yang mudah yaitu dengan menaikkan harga harga komoditas kedelai.
Masalah 4: Pasokan kedelai dari petani lokal tidak pernah terlihat
Petani lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan bahan baku kedelai untuk pengrajin tahu tempe lokal, padahal Indonesia terkenal berbagai jargon: Negara Agraris, Gemah Ripah Loji Nawi, tongkat kayu dan batu jadi tanaman (lempar batang singkong tanpa digarap pun bisa tumbuh dan berbuah), tetapi kita tidak mempunyai kemampuan memenuhi bahan baku kedelai bahkan untuk negara sendiri, petani tidak berminat untuk menanam kedelai karena harga yang kalah saing dengan harga kedelai dari importir padahal kualitas kedelai lokal jauh lebih baik dan jika dibuat tahu maka rasanya lebih gurih.
Suplai bahan baku kedelai dari petani lokal tidak pernah mencuat karena hal lain, karena kacang kedelai yang belum matang sudah dijual dengan cara direbus ke penjual bajigur, karena harganya lebih tinggi dibandingkan menjual kedelai untuk bahan baku tempe. Pemerintah melalui menteri bilang bahwa Indonesia akan melakukan swasembada kedelai dimana 1,5 juta Ton stok kedelai akan didapat dari impor sementara 800 ribu Ton stok kedelai adalah komoditi lokal, pada kenyataannya itu hanya data fiktif, data kedelai yang dalam tahap panen dari Departemen Pertanian tidak ada yang sesuai bila dilakukan pengecekan ke berbagai daerah, padahal tanah-tanah di Papua yang masih belum tergarap dapat dijadikan tempat penanaman kedelai tetapi apadaya, menteri tidak memiliki komitmen untuk memajukan kegiatan penanaman kedelai.
Salah satu alasan Pemerintah melalui Menteri tidak mau untuk membuat program penanaman kedelai secara intens dengan pembiayaan APBN karena apabila proyek tersebut gagal karena keadaan alam ataupun hama, maka KPK yang mengecek pembiayaan dan penerimaan tetap men-cap Menteri tersebut korupsi karena tidak adanya penerimaan yang sesuai ekspekstasi. Meskipun demikian, tidak adanya sanksi bagi Menteri yang tidak becus dalam menjalankan amanat rakyat juga menjadi salah satu faktor penyebab pertanian kedelai kita kurang maju.
Rapor pertanian kedelai BAPPENAS cenderung merah, tetapi Menteri Pertanian belum mau menjelaskan hal tersebut, Pemerintah tidak pernah menginginkan petani untuk mendapatkan berita gembira dengan pemberian bantuan untuk pencapaian target panen. Pasokan kedelai yang tidak mencukupi untuk dalam negeri sendiri juga dapat disebabkan pertanian kedelai dinomor 3-kan setelah beras dan jagung.
Masalah 5: Varietas unggul tidak dikembangkan dan permasalahan limbah
IPB baru-baru ini menemukan varietas kedelai yang unggul, kualitas kedelai ini tergolong bagus dan meningkatkan produksi secara cepat. Sampai saat ini varietas kedelai tersebut belum digunakan oleh pemerintah untuk membuat produksi kedelai kita memuncak, sehingga hasil penelitian yang hebat ini masih belum dimanfaatkan dengan baik padahal bila dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi titik balik kejayaan pertanian kedelai Indonesia.
Masalah lain yang dihadapi oleh pengrajin tempe yang berkaitan dengan KOPTI adalah limbah, karena ketika sungai kering, limbah yang dikeluarkan oleh pabrik tempe tidak mengalir dengan baik, akibatnya pemukiman perkotaan padat penduduk merasakan imbasnya yaitu bau yang tidak sedap, banyak pabrik tempe didemo bahkan pernah ada kasus dimana bagian rumah pemilik pabrik dirusakkan karena ketidakpuasan warga terhadap pengelolaan limbah.
D. Solusi atas masalah yang dihadapi oleh KOPTI
1. Benahi Pemerintahan
2. Mengaktifkan peran BULOG kembali
3. Peningkatan Produksi Pertanian
4. Berinovasi lewat ide anggota
5. Maksimalkan rekayasa genetika
6. Pemerintah dan Koperasi harus saling bekerja sama
7. Menteri yang Nasionalis
8. Memanfaatkan Limbah sebagai Sumber Energi.
www.kopti-kabogor.blogspot.com
www.bulog.co.id
Bukti rekaman suara narasumber hasil observasi (sudah dapat di download disini)
Pemerintah mempunyai peran yang sangat-sangat penting terhadap masalah yang diderita oleh KOPTI. Sudah menjadi hal yang lumrah jika pemerintah menghasilkan keputusan-keputusan yang sangat pelik/menyakitkan untuk rakyat Indonesia dalam hal ini saya menitik beratkan pada petani. Maka dari itu jika ingin membehani perekonomian dalam hal ini saya tekankan pada impor kedelai, pemerintah harus berbenah diri atau “melek” terhadap penderitaan rakyat kecil. Sungguh jika pemerintah bersikap nasionalis dan peduli terhadap rakyat-rakyat miskin, dan mengimplemenatasikan sikap-sikap pancasila dalam pemerintahan, maka rakyat akan sejahtera.
BULOG mempunyai kekuasaan tinggi menguasai pasar domestik karena pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi, “Segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai Negara”. BULOG mengimpor bahan baku dengan harga yang sesuai. Pada masa pemerintahan Soeharto, BULOG terus menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyeimbang sekaligus pengawas harga. Hingga tiba saatnya, ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, impor kedelai melalui BULOG diberhentikan, IMF mendesak terjadinya hal itu karena Indonesia tidak mampu membayar hutangnya. Lalu IMF mendesak agar rakyat jangan di enakkan dengan monopoli impor oleh BULOG dan IMF mendesak agar pemberian subsidi kepada para petani dicabut. Sungguh tak ada perlawanan dari pemerintah, dan pemerintah segera melakukan apa yg didesak oleh IMF tadi. Seolah-olah pemerintah terkesan tunduk atau tak ada daya upaya terhadap IMF.
Semenjak hal itu terjadi, pengrajin mulai kesulitan dengan harga bahan baku kedelai untuk membuat tempe. Apabila BULOG kembali diaktifkan sebagai penstabil harga, maka Indonesia tidak perlu cemas apabila dalam perdagangan bebas, subsidi tidak ber-efek apa-apa lagi. Peranan BULOG sebagai pemantau dan pengawas harga dari luar negeri sangat dibutuhkan karena KOPTI dan pengrajin harus tahu harga wajar barang logistik yang di-impor, sehingga KOPTI dan pengrajin tidak bisa dipermainkan dengan harga yang dimanipulasi oleh impor saat ini, hal ini dapat bermanfaat karena importir yang mematok harga tinggi dapat langsung diberhentikan kegiatan ekonominya di wilayah Indonesia.
Masih terlintas dipikiran bahwa dulu Indonesia pernah Swasembada Beras pada Rezim Soeharto, lalu kenapa tak ada rencana untuk swasembada kedelai? Karna itulah peran para petani harus ditingkatkan kembali, KOPTI menekan kepada Departemen Pertanian bahwa bila mereka mampu menyediakan bahan baku kedelai maka KOPTI bersedia menampungnya, tetapi saat ini belum ada stoknya. Apabila pemerintah mampu memberikan harga yang sesuai kepada komoditi kedelai lokal agar mampu bersaing dengan importir, maka petani kedelai akan terpacu dalam persaingan menanam kedelai.
Para anggota KOPTI karus selalu dibina agar tumbuh kesadaran dan keahlian agar muncul ide-ide baru untuk pengembangan mutu/kualitas pengrajin. Dalam hal ini manajemen internal di KOPTI harus berupaya secara terus-menerus untuk menaikkan taraf hidup pengrajin, agar KOPTI dapat terus eksis, ide-ide yang dituangkan oleh tiap anggota harus dicermati dan diteliti supaya jika dilakukan akan berprospek bagus untuk kepentingan bersama.
Rekayasa genetika sangat penting di jaman yang modern ini. Suatu spesies/varietas kedelai unggul didapat dari rekayasa genetika. Banyak negara diluar sana yang menggunakan rekayasa genetika untuk menaikkan produksi pertanian di negara bersangkutan. Contohnya di Mesir, disana terdapat mangga spesies unggul yang dibawa oleh Presiden Soekarno, dan pemerintah Mesir telah membuat mangga tersebut tahan penyakit dan dapat berbuah sepanjang musim karna rekayasa genetika. Lalu sudahkan dicoba pada kedelai? Jika rekayasa genetika diterapkan pada kedelai, maka produksi kedelai dapat ditingkatkan yang bisa menambah produksi dari 1 ton/hektar menjadi 3-4 ton/hektar bahkan lebih dan kedelai tsb bisa tahan hama dan kekeringan. Pemerintah melalui lembaga-lembaga penelitian terkait harus berupaya supaya para peneliti-peneliti terbaik anak bangsa supaya dapat membudidayakan varietas unggul tersebut agar dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia.
Pemerintah dan KOPTI harus bekerja sama dalam mengatasai masalah kedelai ini, terutama kepentingan pemerintah dalam hal ini saya tekankan pada kepentingan individu di pemerintahan. Hilangkan kepentingan individu di Pemerintahan, kalau bisa singkirkan orang yang mementingkan kepentingan dirinya sendiri di Pemerintahan. Agar pemerintah dapat berperan dalam bargaining position dengan KOPTI dan Pemerintah seharusnya mendengar dengan cepat tuntutan KOPTI untuk memajukan pertanian kedelai dalam negeri karena dengan hal tersebut, KOPTI dapat mendistribusikan Bahan Baku kedelai ke pengrajin dengan harga yang murah, yang menyebabkan kualitas hidup pengrajin semakin tinggi, hal itu dapat membuat perekonomian Negara dalam sektor riil terus tumbuh dan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi dapat naik, bukan manipulasi data yang dilakukan oleh kaki tangan Pemerintah. Lalu jika para pengrajin ingin membesarkan usahanya, bukan hal yang tidak mungkin tingkat pengangguran akan menurun, atau dengan kata lain para pengrajin-pengrajin ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran di Indonesia ini.
Negara ini sangat membutuhkan pemimpin yang nasionalis, dalam konteks ini saya menitik beratkan kepada Menteri setelah Presiden dan wakilnya. Jika menteri yang terkait atau Menteri Pertanian dan Perdagangan yang nasionalis maka akan sangat berat importir merayu dan menyuap menteri tersebut karna menteri tersebut mementingkan rakyat dan bukan mementingkan kepentingan sendiri dan keputusan yang diambil Menteri Pertanian dan Perdagangan sangat mempengaruhi kestabilan pertanian dan perekonomian. Menteri Pertanian ini harus mempunyai kriteria menteri yang layak diangkat adalah seseorang yang berkeinginan secara sungguh-sungguh untuk memajukan pertanian kedelai Negara Indonesia berupa penanaman kedelai unggul secara massal.
Limbah hasil pengolahan kedelai terkenal sangat bau jika dibuang di sungai, apalagi jika sungainya mongering. Untuk mengatasi hal tersebut, KOPTI telah bekerjasama dengan MercyCorps untuk pengembangan teknologi daur ulang dan pemanfaatan limbah. Dengan teknologi yang didapatkan dari MercyCorps, LSM dari Uni Eropa itu ditugaskan untuk mengimplementasikan Go Green dalam industri terutama dalam industri tempe dan tahu, karna dalam industri tempe tahu tradisional memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi untuk memasak kedelai dalam jumlah yang relatif besar. Jika ini dilakukan terus menerus tanpa ada pembenahan, maka pohon-pohon akan semakin berkurang, imbasnya suplai oksigen juga semakin berkurang. Dalam hal ini MercyCorps mengembangkan teknologi untuk mengurangi atau menghentikan pemakaian kayu bayar sebagai sumber energi dengan cara limbah kedelai yang sangat bau dapat diubah menjadi biogas, biogas ini dapat digunakan dalam pengolahan kedelai kembali dan akan menciptakan siklus perputaran energi. Jadi energi ini digunakan dalam pengolahan kedelai, dan dari pengolahan tersebut akan menciptakan limbah kembali, dan selanjutnya limbah tersebut diolah menjadi biogas. Dan begitu seterusnya.
E. Foto-foto
Gambar 3: Sertifikasi Halal dari MUI
Gambar 4: Pandu Varian S, Dian Kurniawan (saya), Bpk. Endang Maulana, dan Riski Apriyani berfoto di depan tempat fermentasi kedelai
Gambar 5: Tempat fermentasi kedelai yang rapih bersih dan higienis
Gambar 6: Tempat pengolahan kedelai yang higienis
Gambar 7: Tempat pengolahan kedelai yang higienis
Gambar 8: Tempat pengolahan kedelai yang higienis
Gambar 9: Tempat pengolahan kedelai yang higienis
Gambar 10: Tempat meletakkan tempe yang sudah jadi
Gambar 11: Produk Tempe yang dihasilkan KOPTI Kab. Bogor yang diap didistribusikan ke Pasar Modern
Gambar 12: Aditya Siswantara, Trisna Nugraha P, dan Akhmad Arief sedang berfoto dengan Produk Tempe KOPTI Kab. Bogor
Gambar 13: (Dari kiri ) Novaroh Y L, Dian Kurniawan (Saya), Trisna Nugraha P, Riski Apriyani, Aditya Siswantara berserta adiknya Berfoto di depan KOPTI Kab. Bogor
Gambar 14: (Dari kiri ) Pandu Varian S, Asep Yoyo S, Trisna Nugraha P, Dian Kurniawan (Saya), Riski Apriyani, Akhmad Arief, Aditya Siswantara berserta adiknya Berfoto di depan KOPTI Kab. Bogor
Gambar 15: Pandu Varian S, Dian Kurniawan (saya), Bpk. Endang Maulana, dan Riski Apriyani berfoto di depan tempat fermentasi kedelai
Gambar 16: Aditya Siswantara, Trisna Nugraha P, Bpk. Endang Maulana, dan Ahkmad Arief berfoto di depan tempat fermentasi kedelai
F. Referensi
Rasyah, Husni., 2012, 25 Koperasi Besar Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakartawww.kopti-kabogor.blogspot.com
www.bulog.co.id
Bukti rekaman suara narasumber hasil observasi (sudah dapat di download disini)
- SEMOGA BERMANFAAT -
Wahh info nya berguna banget. Saya nurul semester 7 anak menajemen di gundar juga. Saya tertarik saya info tentang kopti. Kalo situ berkenan saya ingin nanya" sedikit tentang kopti gimana?
BalasHapusBisa kok mba.
HapusTerimakasih artikel nya . . .
BalasHapusST3Telkom